FILSAFAT SAINS
(Makalah Sejarah Perkembangan Fisika)
Dosen Pengampu:
Dr.
Chandra Ertikanto, M.Pd.
Oleh Kelompok 2:
Alvia
Meydhasuri 1613022025
I Putu
Yogi Setia Permana 1613022013
Karina
Wijaya 1613022035
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan hidayahnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah tentang “Filsafat Sains”. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Perkembangan Fisika yang diberikan
oleh pembimbing. Tak lupa penyusun menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dalam penulisan makalah ini penyusun
menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang
telah penyusun cantumkan, mengingat akan kemampuan yang penyusun miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga keberhasilan berpihak pada penyusun semua. Terima kasih.
Bandarlampung,
05 Maret 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan
Makalah ..................................................................... 2
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Sains dan
Filsafat ................................................................. 3
B. Sejarah Filsafat Sains
............................................................................. 5
C. Perkembangan Ilmu ................................................................................ 9
D. Perkembangan
Pengetahuan Fisika Menurut Richtmeyer ................... 12
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling
berkaitan, baik secara subtansial maupun historis. Hal itu dikarenakan bahwa
kelahiran ilmu tidak lepas dari sebuah peranan dari filsafat dan sebaliknya
perkembangan ilmulah yang memperkuat keberadaan dari filsafat itu sendiri.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat sering dijumpai
pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji
kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan-gagasan yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005). Dengan
filsafat pula pola pikir yang selalu tergantung pada yang ghaib diubah menjadi
pola pikir yang tergantung pada rasio.
Filsafat sains
adalah bidang sains yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi
dari sains, yang termasuk di dalamnya antara lain sains alam dan sains sosial. Sains atau
ilmu pengetahuan pada zaman klasik tak terpisah dengan filsafat. Fisika
adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu.
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya merupakan kumpulan kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia dari
berbagai sumber. Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan
metode tertentu, yakni metode ilmiah. Hasil dari semua itu lalu disusun secara
sistematis. Selanjutkan dilakukan uji kebenaran atau verifikasi secara empiris.
Lalu pengalaman nyata akan membuktikan kebenaran secara konkret. Perkembangan
ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
Untuk dapat
mengetahui pengertian sains dan filsafat, sejarah filsafat sains, perkembangan
ilmu, serta perkembangan pengetahuan fisika, maka makalah ini dibuat.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa
pengertian sains dan filsafat?
2. Bagaimana
sejarah filsafat sains?
3. Bagaimana
perkembangan ilmu?
4. Bagaimana
perkembangan pengtahuan fisika menurut Richtmeyer?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui
pengertian sains dan filsafat.
2. Mengetahui
sejarah filsafat sains.
3. Mengetahui
perkembangan ilmu.
4. Mengetahui
perkembangan pengetahuan fisika menurut Richtmeyer.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sains dan Filsafat
Sains
atau Science berasal dari bahasa latin Scientia yang
artinya pengetahuan. Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu
dan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan. Sains
adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang terdiri dari phusical sciences (ilmu astronomi, kimia, geologi, minerologi,
meteorology dan fisika) dan life sciences
(biologi, zoology, fisiologi).
Kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta
pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan (Hamdani Ali, 1986:7). Hasan
Shadily (1984:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta
akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah
cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai
kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.
Dalam
pengertian yang lebih luas, Harold Titus (1984) mengemukakan pengetian filsafat
sebagai berikut:
1. Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara kritis.
2. Filsafat
ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
3. Filsafat
adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat
ialah analisis logis dari bahasan dan penjelasan tentang arti konsep.
Ketika
perhatian para filsuf kuno tentang filsafat ini lebih tercurah pada masalah
filsafat tinggi, maka akhirnya kita bisa melihat arti filsafat menurut para
filsuf kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Filsafat dalam arti yang umum
Yaitu berbagai ilmu pengetahuan yang rasional, yang
berarti berbagai pengetahuan yang berasal dari manusia itu sendiri.
2.
Filsafat dalam arti khusus
Yaitu yang
berasal dari luar manusia, jenis pengetahuan ini dianggap ilmu yang berhubungan
dengan ketuhanan (Ilahiyah) diistilahkan dengan wahyu. Golongan manusia yang
berfilsafatkan materialisme tidak mempercayai adanya jenis pengetahuan ini.
Al-Kindi menyebutkan pengetahuan jenis ini dasarnya adalah keyakinan (Sidi
gazalba:1992:3).
Menurut Aristoteles,
filsafat terdiri atas empat cabang ilmu, antara lain:
1. Logika
(ilmu yang dianggap mendahului filsafat),
2. Filsafat
Teoritis (cabang yang mencakup ilmu Fisika, matematika dan ilmu metafisika),
3. Filsafat
Praktis (cabang yang mencakup ilmu Etika dan ilmu Ekonomi),
4. Filsafat
Poetika (ilmu Kesenian).
Ciri
berpikir secara filsafati adalah radikal (berpikir tuntas atau mendalam sampai
ke akar masalah), sistematis (berpikir logis dan terarah, setahap demi
setahap), universal (berpikir umum dan menyeluruh, tidak terbatas pada
bagian-bagian tertentu, tetapi melihat masalah secara utuh) dan ranah makna
(memikirkan makna terdalam berupa nilai kebenaran, keindahan dan kebaikan).
Cakupan
objek filsafat lebih luas dibandingkan ilmu. Jika ilmu terbatas hanya pada
persoalan empiris, maka filsafat mencakup masalah diluar empiris. Secara
historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena pada awalnya filsafatlah yang
melakukan pembahasan tentang segala yang ada secara sistematis, rasional dan
logis. Filsafat merupakan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan.
Perkembangan
kajian terkait dengan masalah empiris menimbulkan spesialisasi keilmuan dan
menghasilkan kegunaan praktis. Sehingga, filsafat sains merupakan disiplin ilmu
yang digunakan sebagai kerangka dasar/landasan berpikir bagi proses keilmuan.
Seorang ilmuwan yang mampu berpikir filsafati, diharapkan bisa mendalami
unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara meneluruh sehingga bisa
memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang dikembangkannya, termasuk
manfaatnya bagi pengembangan masyarakatnya.
B.
Sejarah
Filsafat Sains
Filsafat
diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the
mother of science) yang mampu menjawab pertanyaan dan permasalahan. Mulai
dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah
manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Namun karena banyak
permasalahan yang tidak dapat dijawab lagi oleh filsafat, lahirlah cabang ilmu
pengetahuan lain yang membantu menjawab segala macam permasalahan yang timbul.
Di
antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan
yang terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewe, seorang
filsafat Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan dari semua
pemikiran mengenai pendidikan (Imam Bernadib, 1990:15). Tugas filsafat adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor ralitas dan
pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
Sesungguhnya
sains itu sendiri telah ada sejak awal sejarah, bahkan sejak manusia
lahir. Tetapi dalam prosesnya, manusia tidak langsung cepat membaca, memahamai
dan menguasainya. Salah satu penyebab utama, mengapa terjadi kelambanan dan
keterlambatan penguasaan sains, adalah faktor manusia atau individu itu
sendiri.
Untuk memahami arti dan makna filsafat sains, di bawah ini
dikemukakan pengertian filsafat sains
dari beberapa ahli yang terangkum dalam filsafat sains:
1.
Robert
Ackerman “philosophy of science in one aspect as a
critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but
such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual
scientific paractice”. (Filsafat
sains dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang
dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat
sains jelas bukan suatu kemandirian cabang sains dari praktek
ilmiah secara aktual).
2.
Lewis
White Beck “Philosophy of science questions and
evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value
and significance of scientific enterprise as a whole” (Filsafat sains membahas dan mengevaluasi
metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya
ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
3.
Cornelius
Benjamin “That philosopic disipline which is the
systematic study of the nature of science, especially of its methods, its
concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of
intellectual discipines’ (Cabang
pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai sains,
khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta
letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual).
4.
Michael
V. Berry “The study of the inner logic if scientific
theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific
methods” (Penelaahan tentang
logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan
dan teori, yakni tentang metode ilmiah).
5.
May
Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and
philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science”
(Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan
mengenai landasan – landasan sains).
6.
Peter
Caws “Philosophy of science is a part of
philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does
for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the
other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them
as grounds for belief and action; on the other, it examines critically
everything that may be offered as a ground for belief or action, including its
own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error” (Filsafat
sains merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat
bagi sains apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman
manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun
teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai
landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat
memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan
bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan
pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan).
7.
Stephen
R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science
attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of
scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of
representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and
then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal
logic, practical methodology and metaphysics” (Sebagai suatu cabang sains, filsafat sains mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya
dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut
tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Pada
awalnya filsafat sains lebih berupa metodologi atau telaah tentang metode dalam
berbagai sains serta pertanggungjawabannya secara rasional. Dalam logika sains
biasa disebut dengan konteks penemuan sains (context of scientific
justification).
Tradisi
sains dimulai sekitar abad ke 6 SM sejak filsafat itu lahir, yang disebut-sebut
sebagai bapak filsafat, yaitu Rene Descartes telah mengutarakan
dengan mencari tahu tentang bahan dasar alam semesta, ia menyimpulkan bahwa
bahan dasar alam semesta itu adalah air. Jawaban ini tidak memuaskan murid dan
pemikir setelahnya. Penyelidikan para pendahulu filsafat ini lebih bersifat
kosmologi-ontologis, belum epistemologis, artinya belum begitu serius. Baru
setelah Aristoteles (1384-322 SM) membahas epistemologis mulai dipertanyakan.
Arisoteles mengemukakan acuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, yaitu
dengan menggunakan pengamat induktif dan metode deduktif.
Dari
kedua metode yang nampak bertolak belakang itu, Aristoteles mengusulkan bahwa
untuk mencapai pengetahuan yang solid, kedua metode tersebut mesti sama-sama
digunakan, artinya apa yang kita pikirkan itu harus bisa dibuktikan atau
berhubungan dengan realitas dan kenyataan konkret.
Zaman
semakin maju, revolusi terjadi dalam berbagai bidang, maka arah kajian filsafat
sains berkembang ke zaman yang lebih baru dan lebih positif. Agar nampak tidak
terlalu naif, tampilah para tokoh filsafat sains yang memberikan landasan
filsafat bahasa yang positif hingga tampil menjadi logis. Gerakan ini muncul
setelah didirikan kelompok kajian filsafat sains yang disebut dengan lingkaran
wina dan aliranya disebut positifisme logis. Pada awal abad ke 20 inilah saat
filsafat sains mencapai puncaknya.
C.
Perkembangan
Ilmu
Ilmu pengetahuan pada
dasarnya merupakan kumpulan kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia dari
berbagai sumber. Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan
metode tertentu, yakni metode ilmiah. Hasil dari semua itu lalu disusun secara
sistematis. Selanjutkan dilakukan uji kebenaran atau verifikasi secara empiris.
Lalu pengalaman nyata akan membuktikan kebenaran secara konkret.
Periodesasi ilmu dimulai
dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Berikut ini
merupakan periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan sejak zaman pra-Yunani kuno
sampai dengan zaman kontemporer.
1. Zaman Pra
Yunani Kuno
Pengetahuan
didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari, berupa fakta. Pada masa ini,
kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan
perkembangan pemikiran manusia ketingkat abstraksi. Misalnya kemampuan
berhitung, menulis yang didasarkan atas sintesa terhadap abstraksi yang dilakukan.
Di masa ini, manusia memiliki kemampuan untuk meramalkan suatu peristiwa atas
dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Misalnya, terjadinya
gerhana bulan dan matahari.
2. Zaman
Yunani
Zaman
yang dipandang sebagai zaman keemasan filsafat ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Pada
masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide pendapat,
b. Masyarakat
pada masa ini tidak lagi mempercayai metodologi-metodologi, yang dianggap
sebagai suatu bentuk pseudo-rasional,
c. Masyarakat
tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap sikap menerima
begitu saja, melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara
kritis.
Yunani
tampil sebagai ahli pikir yang terkenal sepanjang zaman.
3. Zaman
Pertengahan
Para
ilmuwan pada masa ini hampir semuanya adalah para theolog, sehingga aktifitas
ilmiah terkait dengn aktifitas keagamaan. Semboyan yang berlaku pada masa ini
adalah Ancilla Theologia, “abdi negara”. Namun di Timur, terutama negara-negara
islam justru terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Disaat Eropa di
zaman pertengahan lebih berkuatat pada masalah keagamaan, maka peradaban dunia
islam melakukan penerjemahan besar-besaran terhadap kaya-karya filosof Yunani
dan berbagai penemuan lapangan ilmiah lainnya.
4. Zaman
Renaissance
Era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Pada zaman
renaissance ini manusia merindukan pemikiran yang bebas seperti zaman yunani
kuno dan juga sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia
mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan (progress) atas
hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi (gereja).
Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan sudah mulai dirintis pada zaman renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah bidang astronomi,
tokoh-tokoh yang terkenal seperti Copernicus, Kepler, Galileo Galilei.
5. Zaman
Modern
Perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa ini menurut Slamet Imam Santoso mempunyai tiga
sumber, yaitu:
a. Hubungan
antara kerajaan islam di semananjung Iberia dengan negara-negara Perancis. Para
pendeta di Perancis banyak yang belajar di Spanyol, kemudian mereka inilah yang
menyebarkan ilmu pengetahuan yang diperolehnya itu di Perancis.,
b. Perang
salib (1100-1300) yang terulang sebanyak 6 kali, tidak hanya menjadi ajang
peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara Eropa yang berasal dari
berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara islam, sehingga mereka
menyebarkan pengalamannya sekembalinya di negara masing-masing.,
c. Pada
tahun 1453 Istambul jatuh ke tangan bangsa Turki, sehingga para sarjana atau
pendeta mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka ini menjadi
pionir-pionir bagi perkembangan ilmu di Eropa. Tokoh yang dikenal sebagai bapak
filsafat modern Rene Descartes, mewariskan suatu metode berfikir yang menjadi
landasan berfikir dalam ilmu penetahuan modern.
6. Zaman
kontemporer
Pada zaman ini di tandai
dengan penemuan berbagai teknologi canggih yakni teknologi informasi dan
komunikasi. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet
dan lain-lain. Bidang ilmu juga mengalami kemajuan yang pesat. Para ilmuwan
kontemporer mengetahui hal yang sedikit tapi mendalam. Misalnya ilmu
kedokteran, semakin mendalam dalaam spesialis dan sub spesialis atau super
spesialis, demikian juga bidang-bidang ilmu yang lain.
Menurut
Aristoteles (Ismaun, 68:2001), filsafat ilmu telah melahirkan cabang-cabang
yang salah satu diantaranya adalah Ilmu Fisika yang mempersoalkan dunia materi
dari alam nyata ini.
Hubungan filsafat
dan fisika adalah dengan adanya filsafat, pola pikir manusia menjadi lebih maju
dalam mempelajari alam. Sehingga tidak selamanya teori yang ada akan bersifat
mutlak, tetapi dapat berubah-ubah khususnya ilmu sains. Filsafat berperan
penting dalam perubahan-perubahan tersebut sesuai dengan teori dan fakta-fakta
yang ada. Karena itulah filsafat dapat membuat orang mempelajari konsep fisika
Selain itu, filsafat fisika dapat
menolong para peneliti dan orang-orang yang peduli tentang ilmu pengetahuan
alam untuk membentuk pemikiran-pemikiran baru dalam bidang fisika. Filsafat
fisika juga dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian terhadap
perkembangan fisika dalam arti yang menyeluruh. Filsafat fisika akan menolong
dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor penentu dalam
perkembangan fisika.
D.
Perkembangan
Pengetahuan Fisika Menurut Richtmeyer
Fisika
adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan
waktu. Fisikawan mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat
beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi
(fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan
kosmos.
Menurut
Richtmeyer (1955), sejarah perkembangan ilmu fisika dibagi dalam empat periode
yaitu:
a.
Periode Pertama
Dimulai dari
zaman prasejarah sampai sekitar tahun 1550. Pada periode pertama ini
dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik.
Dalam periode pertama ini belum ada penelitian yang sistematis. Beberapa
penemuan pada periode ini diantaranya: di bidang astronomi sudah dihasilkan
Kalender Mesir dengan 1 tahun = 365 hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan
katalog bintang. Dalam Teknologi sudah ada peleburan berbagai logam, pembuatan
roda, teknologi bangunan (piramid), standar berat, pengukuran, koin (mata
uang).
Pada tahun
600 SM - 530 M : Perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan
perkembangan matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan tentang
gerak benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam bidang
sain fisik Physical Science, sudah ada Hipotesis Democritus bahwa materi
terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai tradisi “Fisika Matematika” untuk
menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi
Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
Pada tahun
530 M - 1450 M : Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya perkembangan
sains di Timur Tengah. Dalam kurun waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus.
Dalam bidang Astronomi ada “Almagest” karya Ptolomeous yang menjadi teks
standar untuk astronomi, teknik observasi berkembang, trigonometri sebagai
bagian dari kerja astronomi berkembang. Dalam Sain Fisik, Aristoteles berpendapat
bahwa gerak bisa terjadi jika ada yang mendorong secara terus menerus;
kemagnetan berkembang; Eksperimen optika berkembang, ilmu Kimia berkembang
(Alchemy). Terakhir, pada tahun 1450 M - 1550 : Ada publikasi teori
Heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik penting dalam revolusi
saintifik. Sudah ada arah penelitian yang sistematis.
b.
Periode Kedua
Dimulai dari
tahun 1550-an sampai tahun 1800-an. Pada periode ini mulai dikembangkan metoda
penelitian yang sistematis dengan Galileo dikenal sebagai pencetus metoda
saintifik dalam penelitian. Hasil-hasil yang didapatkan antara lain: Kerja sama
antara eksperimentalis dan teoris menghasilkan teori baru pada gerak planet.
Newton
meneruskan kerja Galileo terutama dalam bidang mekanika menghasilkan hukum-hukum
gerak yang sampai sekarang masih dipakai. Dalam Mekanika selain Hukum-hukum
Newton dihasilkan pula Persamaan Bernoulli, Teori Kinetik Gas, Vibrasi
Transversal dari Batang, Kekekalan Momentum Sudut, Persamaan Lagrange.
Dalam Fisika
Panas ada penemuan termometer, azas Black, dan Kalorimeter. Dalam Gelombang
Cahaya ada penemuan aberasi dan pengukuran kelajuan cahaya. Dalam Kelistrikan
ada klasifikasi konduktor dan nonkonduktor, penemuan elektroskop, pengembangan
teori arus listrik yang serupa dengan teori penjalaran panas dan Hukum Coulomb.
c.
Periode Ketiga
Dimulai dari
tahun 1800 sampai 1890. Pada periode ini diformulasikan konsep - konsep fisika
yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik. Dalam
periode ini Fisika berkembang dengan pesat terutama dalam mendapatkan formulasi
- formulasi umum dalam Mekanika, Fisika Panas, Listrik-Magnet dan Gelombang,
yang masih terpakai sampai saat ini. Dalam Mekanika diformulasikan Persamaan
Hamiltonian (yang kemudian dipakai dalam Fisika Kuantum), Persamaan gerak benda
tegar, teori elastisitas, hidrodinamika. Dalam Fisika Panas diformulasikan
Hukum-hukum termodinamika, teori kinetik gas, penjalaran panas dan lain-lain.
Dalam Listrik - Magnet diformulasikan Hukum Ohm, Hukum Faraday, Teori Maxwell.
Dalam Gelombang diformulasikan teori gelombang cahaya, prinsip interferensi,
difraksi dan lain-lain.
d.
Periode Keempat
Dimulai dari tahun 1890 sampai
sekarang. Pada akhir abad ke - 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa
dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika
yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. Dalam periode ini
dikembangkan teori - teori yang lebih umum yang dapat mencakup masalah yang
berkaitan dengan kecepatan yang sangat tinggi (relativitas) atau yang berkaitan
dengan partikel yang sangat kecil (teori kuantum). Teori Relativitas yang
dipelopori oleh Einstein menghasilkan beberapa hal diantaranya adalah
kesetaraan massa dan energi E= mc2 yang dipakai sebagai salah satu prinsip dasar
dalam transformasi partikel. Teori Kuantum, yang diawali oleh karya Planck dan
Bohr dan kemudian dikembangkan oleh Schroedinger, Pauli , Heisenberg dan
lain-lain, melahirkan teori-teori tentang atom, inti, partikel sub atomik,
molekul, zat padat yang sangat besar perannya dalam pengembangan ilmu dan
teknologi.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
kajian yang membahas tentang filsafat sains maka dapat disimpulkan:
1. Kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia yang berarti cinta
pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang dan suka, serta kata sophia
berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan (Hamdani Ali, 1986:7). Jadi,
orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan,
ahli hikmah dan bijaksana.
Sains
atau science berasal dari bahasa latin scientia yang
artinya pengetahuan. Sains berarti ilmu, yaitu pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu dan
bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
2. Sesungguhnya
sains itu sendiri telah ada sejak awal sejarah, bahkan sejak manusia
lahir. Pada awalnya filsafat sains lebih berupa metodologi atau telaah tentang
metode dalam berbagai sains serta pertanggungjawabannya secara rasional. Dalam
logika sains biasa disebut dengan konteks penemuan sains (context of
scientific justification). Tradisi sains dimulai sekitar abad ke 6 SM sejak
filsafat itu lahir.
3. Periodesasi
ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
4.
Menurut Richtmeyer (1955), sejarah
perkembangan ilmu fisika dibagi dalam empat periode yaitu:
a.
Periode Pertama, Dimulai dari zaman prasejarah sampai sekitar tahun
1550.
b.
Periode Kedua, Dimulai dari tahun 1550-an sampai tahun 1800-an.
c.
Periode Ketiga, Dimulai dari tahun 1800 sampai 1890.
d.
Periode Keempat, Dimulai dari tahun 1890 sampai sekarang
B.
Saran
Saran yang dapat penulis
sampaikan yaitu mempelajari sejarah perkembangan ilmu sains maupun perkembangan
pengetahuan fisika sangatlah penting bagi generasi muda, terutama bagi calon
pendidik dibidang fisika. Sehingga diharapkan generasi muda dapat berpikir
maju, bukan hanya sekedar sebagai pemanfaat dari penemuan yang sudah ada.
Selain itu penting bagi generasi muda mempelajari filsafat dan fisika secara
seimbang agar tidak hanya pandai dalam ilmu fisika saja, tetapi juga dapat
mencintai kebijaksanaan-kebijaksanaan di alam semesta ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajo. 2010.
Pengertian Filsafat Sains (Online). Diunduh
dari http://mkfilsafat
sains.blogspot.co.id/2010/09/pengertian-filsafat-sains.html pada 06 Maret
2018.
Ali,
Hamdani. 1986. Filsafat Pendidikan.
Bandung: Kota Kembang.
Bagir,
Haidar. 2005. Buku Saku Filsafat Islam.
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Barnadib,
Imam. 1990. Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Gazalba,
Sidi. 1992. Ilmu, Filsafat dan Islam
tentang Manusia dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Ismaun.
2011. Filsafat Ilmu. Bandung: UPI
Bandung.
Jalaluddin.
2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Mega,
Widya. 2012. Sejarah Perkembangan Fisika
(Online). Diunduh dari http://
duniafisikafisikazone.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-fisika. html
pada 06 Maret 2018.
Nafiah,
Diah. 2015. Filsafat dan Sejarah Fisika
(Offline). Diunduh dari https://
fisikarunman.files.wordpress.com/2015/05/dian-nafiah_k2314010.docx
dian-nafiah_k2314010 pada 15 Maret 2018.
Suharli.
2017. Filsafat Sains dan Perkembangan
Ilmu (Online). Diunduh dari http
://suharliajsains2707.blogspot.co.id/2017/02/filsafat-sains-dan-perkem
bangan-ilmu.html pada 06 Maret 2018.
Titus,
Harold. 1984. Persoalan-Persoalan
Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Wati,
Siela. 2016. Pengertian Filsafat Sains
(Online). Diunduh dari http://siela
wati.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-filsafat-sains.html pada 06 Maret
2018.
0 komentar:
Posting Komentar